UJIAN AKHIR SEMESTER

Jumat, 09 November 2012

Pahamilah Dirimu Sendiri

Esay.
Secara umum manusia mempunyai dua garis komunikasi, yaitu vertical dan horizontal, atau habl min alloh dan habl min al-naas, yaitu kominikasi dengan tuhan dan komunikasi dengan sesama. Komunikasi dengan tuhan sudah menjadi kewajiban kita untuk selalu mengingatNya, melalui sholat, tadarus, zikir dan sebagainya. Hal itu dilakukan untuk kebahadiaan rohani atau ketenangan batin. Sebagai makhluk sosisal kamunikasi dengan sesame juga penting, karena kita harus selalu berbaur dengan masyarakat dan kita hidup di lingkungannya. Sepintar-pintarnya kita, pasti juga membutuhkan orang lain. Bentuk komunikasi di atas adalah bentuk komunikasi eksternal, maksudnya komunikasi manusia dengan pihak luar.

Kalau kita berpandangan dari komunikasi di atas kita melupakan komunikasi yang lebih penting, yaitu Kumunikasi internal (HABL MIN AL-NAFS=komunikasi dengan diri sendiri, jiwa kita sendiri). Dalam istilah tasawuh, model komunikasi internal tersebut disebut hasabah, yaitu berkomunikasi dengan dIri sendiri dalam rangka intropaeksi untuk menjadi lebih baik.(Komarudin Hidayat, Sindo 17/9)


Membangun komunikasi internal sangatlah tidak gampang, hal itu membutuhkan kesabaran, keiklasan dan kejujuran. Dalam praktiknya sangatlah sulit untuk menilai diri kita sendiri. Misalnya terkadang kita iri melihat tetangga kita meniliki sesuatu atau teman kita berhasil, maka terkadang timbul praduga yangjelek-jelek. Nah, ini menunjukkan kualitas diri kIta yang masih kurang. Sulit sekali kita mengakui keberhasilan orang lain dengan memberikan acungan jempol tapi yang timbul di hati kita justru praduga negative.

Ada pepatah mengatah gajah dipelupuk mata tak tampak, kuman diseberang lautan tampak. Inti dari pepatah tersebut adalah kesalah kita sebesar apapun di depan, kita pura-pura tidak kelihatan tapi kesalahan orang lain sekecil apapun akan kelihatan. Ini menunjukkan sebagai individu yang sulit sekali menilai diri pribadi kita. Inilah tantangan dari diri kita untuk selalu berprilaku yang objektif agar tidak selalu menilai kejelekan-kejelakan orang lain, yang mungkin kejelekan kita justru lebih banyak. Dari deskrepsi di atas menjukkan bahwa kita kurang percaya diri. Orang yang kurang percaya diri biasanya mempunyai sikap iri , dengki terhadap keberhasilan orang lain, hal itu terjadi karena kita merasa kurang mampu terhadap kemampuan kita.

Ternyata membangun komunikasi internal tidak kalah sulitnya dengan membangun komunikasi internal. Ada baiknya sebelum kita membangun komunikasi eksternal lebih baik kita membangun kominikasi internal. Dengan demikian fondasi yang kita bangun akan lebih kokoh, karena kita mengetahui/menganalisis rapor diri kita. Dengan mengetahui rapor kita niscaya kita sudah mengetahui kebaikan ,keburukan, kelebihan dan kekurangan diri kira. Sehingga kita mengetahui langkah bijak yang akan kita lakukan. Setelah itu baru kita bangun komunikasi eksternal.


Dengan membangun komunikasi internal dan eksternal secara bersamaan akan lebih baik kulitas diri kita, hal itu sangat berkorelasi dengan kegiatan yang baru saja kita laksanakan. Setelah sebulan kita beribadah dan berlatih menahan hawa nafsu, akhirnya kita menuju ke fitrah(suci). M omen tersebut hendaklah manjadi tonggak dikemudian hari dalam melangkah di kehidupan ini. Setelah Idul Fitri janganlah kita berhenti dalam menjalankan ibadah, mengingat Idul Fitri bukan akhir dari pencapaian ibadah kita. DI bulan Romadhon kita merasa enteng(ringan) menjalankan ibadah mengingat ibadah yang kita lakukan mempunyai pahala yang berlipat ganda tetapi mengapa setelah puasa ibadah-ibadah yang kita lakukan terasa berat? Hal itu terjadi karena dalam diri kita masih mempunyai sikap hitung-hitungan. Kalau di bulan Romadhon kita mau beribadah karena pahala dilipatgandakan. Namun setelah romadhon kita menjadi kembali seperti sebelum romadon karena merasa ibadah adalah kewajiban saja. Dari sekarang mari kita rubah pola pikir, Alloh saja dalam memberi berkah, kesehatan tanpa hitung-hitungan, mengapa kita dalam menjalankan ibadah masih berpikir hitung-hitungan. Dengan demikian kita akan menjadi manusia yang iklas sehingga kita menjadi manusia yang sabar dan berkualitas. Oleh karena itu kita tingkatkan kualitas diri dengan manjalin kamunikasi internal, fertikal dan harisontal.( Rambat, 18/9)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar